Selasa, 15 September 2015

Keindahan Sempurna



(Arief Saefurrohman – XI Bahasa - SMAN 1 Cileunyi)

Ada keindahan di setiap gerak-geriknya, kedip matanya, suaranya yang sejuk, mata yang redup, jari-jarinya yang lentik, langkah kucingnya yang manis, lesung di kedua pipinya, merah pipinya tersinari cahaya matahari, sungguh keindahan sempurna.

Panggil saja aku Merkurius, dan dia Neptunus, sejauh itulah jarak hatiku dan hatinya. Neptunus adalah emas, dan aku hanyalah loyang tak berguna, aku bagaikan pungguk yang merindukan bulan, aku sudah menyimpan rasa untuknya, sejak kelas VII, dan sekarang aku duduk di bangku kelas XI, selama itu aku mencari waktu yang tepat untuk mengatakan perasaanku, sampai kapan aku akan menyimpan perasaan ini? Mungkin batasnya adalah sampai janur kuning melengkung di depan rumahnya, dan setelah mimpi buruk itu terjadi, ambang pintunya pun tak akan bisa diganti lagi.

Neptunus adalah gadis kebanggaan sekolah, dia bagaikan mesin sekolah, dia memenangkan olimpiade-olimpiade besar, bahkan kejuaraan internasional pun dia pegang, sungguh gadis mustahil. Dan aku? Siapa aku? Aku hanyalah anak muda yang numpang duduk saja, hanya masuk sekolah untuk menebus absen agar ijazah bisa didapat diakhir tahun nanti.

Seminggu yang lalu, aku sudah berjanji, bahwa aku akan menyatakan perasaanku yang sesungguhnya pada dia, apa yang akan aku dapatkan? Sebuah jawaban, iya atau tidak. Jawabannya tidaklah penting bagiku, karena yang terpenting adalah aku telah jujur padanya, juga pada diriku sendiri. Dan sekarang, seminggu itu sudah datang, aku akan menyatakan perasaanku dengan surat cinta dan coklat. Ya, aku tahu itu cara lama, dan aku adalah orang yang menyukai cara lama. Pada jam istirahat kedua, aku berjanji akan menyatakan perasaanku padanya menggunakan dua benda jadul itu. Rasanya lama sekali bel jam istirahat kedua berbunyi, ditambah pelajaran matematika yang sangat tidak aku sukai ini, pertanyaannya adalah, memangnya siapa yang suka matematika? Hanya 30% orang di dunia ini tidak suka matematika, sisanya sangat tidak suka matematika. Tiba-tiba kelas hening, semua pasang mata di kelas tertuju padaku, termasuk guru matematika yang galaknya melebihi anjing doberman terlatih milik militer, kemudian bibir bawah dan atas guru itu bergerak diikuti rangkaian suprasegmental yang tidak aku sukai, “Merkurius, mau kah kamu mengerjakan pekerjaan rumah no. 5?” itu sebuah pertanyaan, sebenarnya sama sekali bukan pertanyaan, tapi hanyalah perintah halus garing yang paling tidak aku sukai. “Ya, pak! Tentu saja.” Jawabku dengan tenang, aku bersyukur karena dari 10 soal pekerjaan rumah, hanya nomor 2, 3,5, dan 8 saja yang aku kerjakan. Soal nomor 5 dapat aku selesaikan dengan cepat.

Tidak lama kemudian, bel jam istirahat pun berdering, semua kelas bersorak bahagia, karena akhirnya mereka dapat keluar dari situasi yang tak seorang pun menyukainya. Aku bergegas membawa coklat dan surat yang akan aku pakai untuk menyatakan perasaanku pada dia. Aku mengambil nafas dalam-dalam, untuk membuat diriku tenang, aku pun memberanikan diri agar tidak adak kecanggungan diantara kami.
***

“Hai! Boleh aku...” aku sudah berada di hadapannya, dan baru kata ‘Hai’ dan sebuah pertanyaan menggantung saja yang kuucapkan. Sesosok lelaki berpostur tegak, datang menghampiri aku, dan Neptunus, kita panggil saja dia Asteroid. Ya, Asteroid, dia lah benda angkasa yang tidak berguna yang harus dimusnahkan.
“Hai, sayang! Dia siapa?” ujar Asteroid pada Neptunus. Sebentar, sayang? Mungkinkah dia?
“Entah, dia datang menghampiriku, dan dia ingin mengatakan sesuatu. Hai! Ada apa? Tapi maaf, kamu siapa ya?” Dia menjawab pertanyaan Asteroid dilanjutkan melemparkan pertanyaan padaku.
“Hai, a..a..aku Merkurius. Aku ha..ha..hanya ingin mengatakan b..b..bahwa... kalau ada informasi tentang perlombaan beritahu aku. Aku dari kelas XI Bahasa 6. Itu saja, terima kasih.” Jawabku. Sulit sekali untuk mengatakan bahwa aku suka padanya, aku kembali ke kelas dengan ekspresi datar. Aku melupakan sesuatu, bahwa di belakang gadis yang hebat, pasti selalu ada penyemangat hebat juga. Tapi, bisakah aku menjadi penyemangat itu? Pertanyaannya adalah, pantaskah aku menjadi penyemangat itu?

Sejak saat itu, dia sering memberikan informasi padaku tentang perlombaan-perlombaan, baik nasional maupun internasional. Neptunus dan aku menjadi sering berkomunikasi karena hal itu, aku sangat senang akan hal itu.

“Merkurius, ada perlombaan cipta puisi yang diadakan pemerintah tingkat nasional” Neptunus-17.45

“Wah! Benarkah? Baik, terima kasih informasinya” Merkurius-17.45

“Hai, Merkuri, aku butuh seseorang untuk mendengarkan curhatku.” Neptunus-22.49

“Aku akan senang menjadi telinga kananmu!” Merkurius-22.49. Percakapan di obrolan itu adalah bukti konkret bahwa aku dan Neptunus semakin dekat. Dia selalu curhat padaku tentang hubungannya, bahkan akhir-akhir ini dia sering bercerita bahwa dia hampir putus dengan pacarnya. Ya, Asteroid itu adalah pacarnya. Aku pun sering memberikan solusi-solusi yang kuat untuk mempertahankan hubungan mereka. Tapi, sekuat itukah aku, mendukung orang yang aku sayang agar tetap bersama orang lain? Tapi cinta tidak harus memiliki, cukup melihatnya bahagia dari jauh pun sudah aku anggap itu cinta.
***
Aku sedang mempersiapkan diri, fisik dan mental ku untuk perlombaan cipta puisi 3 hari lagi. Aku sudah meminta Neptunus untuk hadir disana, dan dia bersedia untuk datang. Selama 2 hari terakhir pun dia sering membantuku saat aku dalam keadaan yang sulit. Selama itu juga, dia semakin sering menceritakan bahwa dia dan Asteroid sudah lama tidak ada komunikasi.
“Merkuri! Aku mau pergi ke mal dengan teman-temanku, mau gabung?” Dia memberiku undangan itu, pantaskah aku untuk menolak?
“Maaf Neptune, aku harus berlatih untuk puisi ku. Maaf sekali!” aku menjawab dengan nada penyesalan.
“Oke, tidak usah dipikirkan! Semangat!” Dia memberiku semangat? Benarkah itu? Gadis pujaanku mengucapkan kata semangat tetap dihadapanku. Gadis mustahil.


Hari itu pun datang, aku sudah mempersiapkan diri untuk cipta puisi, sebelum acara dimulai, aku mencari-cari Neptunus, tetapi dia tidak ada. “Sial, ponselku mati lagi.” Aku menggerutu dalam hati, karena sialnya ponsel ku mati.

Aku telah berjuang untuk hal ini, sangat banyak pengorbanan waktu dan tenaga. Perlombaanpun dimulai.

Akhirnya, selesai juga. Sekarang tinggal menunggu pengumuman pemenang.
“Baiklah! Saatnya untuk pengumuman perlombaan!” Pewara sudah siap mengumumkannya.
“Juara Cipta Puisi Nasional 2015 adalah, Matahari!” Ternyata bukan aku, sedih karena bukan aku juaranya, marah, karena banyak sekali pengorbanan untuk hal ini, kesal karena aku tidak melihat Neptunus di sini. Tiba tiba, 5 jari dan satu tangan menepuk pundakku, tangan yang sangat halus, aku memutar tubuhku ke arah tangan itu, kulihat Neptunus dihadapanku, sangat dekat. Banyak sekali getaran yang aku rasakan. Dia memelukku dan berkata, “Tidak apa, ini hanyalah perlombaan kecil.” Ujarnya, “Baiklah, terima kasih. Asteroid mana?” tanyaku heran. “Aku putus dengan Asteroid” sambungnya. Dia putus dengan Asteroid? Apa yang harus aku lakukan? Memberinya cinta yang baru,  atau apa?

“Kamu..k..k..kamu Putus?” tanyaku.

“Ya, aku putus. Tapi tidak apa, karena aku mempunyai teman yang sangat baik sepertimu.” Jawab dia.

“Baiklah. Ada yang ingin aku katakan dari sejak awal aku berbicara pada mu.”

“Apa itu?” tanya nya.

“Sebenarnya, aku suka kamu. Kamu adalah setiap keindahan yang aku inginkan, yang aku cinta, kamulah yang membuat aku merasakan debaram aneh di dada, kamulah keindahan sempurna itu.” Jawabku. Keadaan sesaat hening, sepasang bibir indah itu mencoba mengucapkan sesuatu.

“Sebenarnya, aku sudah menyukaimu sebelum aku jadian dengan Asteroid, aku sudah memperhatikan mu sebelum waktu kamu datang padaku dan berbicara. Sebenarnya kamu adalah sosok yang selalu kuinginkan.”

Aku dan dia sebenarnya sudah saling suka sejak lama. Keindahan sempurna, inilah keindahan sempurna itu. Keindahan yang tersembunyi didalam sebuah kegagalan. Mungkin kita gagal pada suatu hal, tetapi kegagalan itu pasti selalu digantikan oleh sesuatu yang lebih. Janganlah menyerah ketika kamu gagal dalam suatu hal, karena keindahan selalu lebih kuat dari kegagalan. Merkurius dan Neptunus, aku dan dia, sekarang bagaikan Bumi dan Mars, tidak ada Asteroid yang mengganggu.

Tamat